Oleh: Hendrawan
Kabupaten Konawe Kepulauan kaya akan sumber daya alam namun belum dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Mulai dari air terjun, makau (mangrove) yang cukup luas, puncak, danau, hingga permandian air panas yang sampai saat ini belum belum dimanfaatkan sebagai wisata yang tentunya dapat menjadikan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Perlunya sumber rantai pasok dan ekosistem pariwisata, sehingga desa perlu penguatan kualitas, kapasitas dan pemberdayaannya agar lebih berkembang dan memiliki daya saing. Selain sebagai produsen logistik, beberapa diantaranya dapat dijadikan Desa Wisata, karena memiliki keunikan dari sisi lanskap, budaya, tradisi, dan lain-lain, yang dapat ditawarkan untuk tujuan wisata.
Kehadiran Desa Wisata memberikan angin segar, menjanjikan penghidupan baru buat masyarakat desa yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan alam, budaya dan masyarakat sekitar, namun datangnya wisatawan dengan membawa budaya yang berbeda dapat mempengaruhi budaya lokal yang ada.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Desa Wisata, kiranya dapat menanggulangi kemiskinan masyarakat melalui sektor pariwisata, dengan strategi mengembangkan usaha-usaha terkait jasa kepariwisataan, dan pembangunan sarana-prasarana pendukung yang berbentuk fisik, pelestarian kearifan lokal, tradisi budaya, kekhasan daerah dan pelatihan manajemen pariwisata yang berbentuk nonfisik.
Selanjutnya, tahapan pengembangan Desa Wisata yaitu Desa Rintisan, Desa Berkembang, Desa Maju dan Desa Mandiri, yang mana standarnya mengacu pada Asean Community Based Tourism, Standard yang meliputi kepemilikan dan manajemen, kontribusi terhadap kesejahteraan sosial, konservasi dan pengembangan lingkungan, mendorong interaksi komunitas lokal dan tamu, kualitas pelayanan pemanduan wisata, kualitas pelayanan makanan dan minuman, kualitas akomodasi, dan kinerja pemandu wisata.
Isu kritis Desa Wisata yaitu rentan terhadap duplikasi karena pembedanya mudah ditiru, kurang mampu mengeksplorasi kearifan lokal sebagai penguat, eksploitasi sumber daya berlebih yang kurang memperhatikan berkelanjutan, dan potensi masuknya investor yang dapat membuat masyarakat menjadi objek. Sedangkan tantangan utama Desa Wisata yaitu kesiapan masyarakat terkait kepemimpinan dan soliditas serta produk wisatanya yang inovatif dan kemitraan.
Untuk itu, perlunya pemberian materi dan dukungan Pemerintah Daerah kepada masyarakat terkait pengembangan desa wisata yang tidak hanya sekedar kata namun dengan aktualisasi.
Desa Wisata dalam tataran konsep, harus mampu mengenali potensi yang ada, mengeksplorasi kekhasan untuk dijadikan kekuatan, dan membuat produk orisinil yang tidak mudah diduplikasi ditempat lain. Selain itu, dijadikan tempat learning space bagi wisatawan, khususnya terkait belajar tentang kearifan lokal, aktifitas masyarakat desa dan lingkungan alam. Spot-spot untuk interaksi perlu diciptakan untuk memberikan experience, selama mereka berada di Desa Wisata.
Dalam operasionalisasi Desa Wisata, harus dikelola secara efektif, efisien, dan transparan terkait dengan pemilihan pengurus, peran dan tanggung jawab yang terstruktur, pengoperasian sesuai perundang-undangan, mengacu persamaan gender, berprinsip social inclusif, bermartabat, dan aspek finansialnya dilakukan secara wajar.
Agar konsistensi terjaga didalam implementasinya, perlu dibuat standard operating procedure (SOP), terkait dengan pemeliharaan budaya, nilai-nilai tradisi, lingkungan, dan lain-lain.
Sumber daya Manusia sebagai pelaku usaha, harus dapat memberikan kenyamanan kepada wisatawan dengan memberikan fasilitas dan pelayanan terabik agar wisatawan merasa betah serta nyaman untuk tinggal. Dalam hal ini, kapasitas dan kualitas produk-produk wisata harus disesuaikan dengan standar internasional, untuk itu perlu dilakukan pelatihan SDM terkait dengan hospitality, penguatan produk dan kemasan, pendidikan, seminar, workshop, benchmark, dll.
Pemasaran dilakukan melalui media digital, yaitu: website, sosial media, ataupun marketplace, yang mana dalam situasi sekarang lebih mengutamakan pangsa pasar wisatawan nusantara, termasuk kelas menengah dan atas yang terbiasa berwisata keluar negeri, mereka merupakan potensial market yang luar biasa.
Perlu dikembangkan story telling sesuai konsep Desa Wisata, ini akan menjadi penguat, karena cerita akan lebih mudah diingat oleh wisatawan. Pembuatan paket-paket yang melibatkan homestay, kegiatan budaya seperti latihan menari, aktivitas lokal bercocok tanam, pembuatan souvenir, dan berbagai aktivitas lainnya, akan meningkatkan length of stay wisatawan. Materi promosi, diutamakan tentang keindahan alam desa, kearifan lokal, spot-spot interaksi, dan interest lainnya.
Perlu dikembangkan story telling sesuai konsep Desa Wisata, ini akan menjadi penguat, karena cerita akan lebih mudah diingat oleh wisatawan. Pembuatan paket-paket yang melibatkan homestay, kegiatan budaya seperti latihan menari, aktivitas lokal bercocok tanam, pembuatan souvenir, dan berbagai aktivitas lainnya, akan meningkatkan length of stay wisatawan. Materi promosi, diutamakan tentang keindahan alam desa, kearifan lokal, spot-spot interaksi, dan interest lainnya.
Adanya Desa Wisata, dapat dijadikan alternatif nilai tambah, variasi dan penyebaran wisatawan, serta menggeliatkan ekonomi masyarakat desa, sesuai dengan harapan pemerintah. Pada akhirnya Desa Wisata tidak hanya sebagai rantai pasok saja, namun mampu mendukung, menambah length of stay wisatawan, serta menggeliatkan industri pariwisata.
Tinggalkan Balasan