Potensi dan Arah Kebijakan Sektor Perikanan Wakatobi

Ilustrasi.

Oleh: Sardin

Semenjak berdirinya Wakatobi, sektor perikanan telah dijadikan sebagai salah satu liding sektor bersamaan dengan dengan pariwisata. Tetapi Faktanya, derut pembangunan di bidang perikanan tenggelam dan hampir tidak kedengaran karena derut pembanguna sektor pariwisata.

Ini seharusnya tidak terjadi, karena pariwisata bagi wakatobi adalah sebuah mata pencarian terbarukan, sebuah pendekatan terbarukan, sebuah pengetahuan dan skil terbarukan, maka harus diantar bersama-sama dengan sektor perikanan kelautan yang merupakan fashion dari masyarakat.

Wakatobi memiliki potensi sumber daya kelautan yang besar, seperti perikanan tangkap, budidaya laut, dan wisata yang besar. Jumlah nelayan dan pembudidaya hasil laut yang cukup banyak menjadi gambarana bahwa kehidupan bahari kepualauan Wakatobi memiliki potensi besar untuk dikembangkan.

Data DKP Wakatobi, rata-rata produksi sektor perikanan yaitu rumput laut (2506 ton/tahun), kerang mutiara (5000/tahun), budidaya laut (73,16 ton/tahun), perikanan tangkap (18.855 ton/tahun), ikan tuna (401 ton/tahun), ikan layang 6.283 ton/tahun), ikan tongkol (2623 ton/tahun), dan cakalang (410 ton/Tahun). Pemanfaatannya baru mencapai 6,4 persen. Serta, pemasaran ikan secara umum masih dilakukan melalui pasar tradisonal yang ada di Kecamatan Wangi-wangi, Tomia, Kaledupa, dan Binongko.

Ada dua faktor yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan perikanan Kabupaten Wakatobi, diatatanya faktor internal yaitu potensi sumber daya ikan sangat tinggi, tersedianya bahan baku kayu untuk pembuatan kapal ikan, sumber daya manusia sebagai nelayan banyak tersedia, serta tersedianya pasar lokal yakni perusahaan-perusahaan yang bergerak bukan pada sektor perikanan dengan tenaga kerja yang cukup banyak.

Selain itu ada pula faktor eksternal, peluangnya yaitu meningkatnya permintaan ikan, peningkatan dan penambahan armada tangkap, terbukanya kesempatan untuk pengolahan hasil tangkapan ikan, adanya investasi di sektor perikanan, serta adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Namun saat ini masih terdapat permasalahan internal yang dirasakan oleh nelayan Wakatobi, antara lain minimnya permodalan dalam penyediaan kapal dan alat tangkap, rendahnya pendapatan nelayan karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan, bentuk pengelolaan usaha masih tradisional, serta kurangnya penggunaan teknologi dalam penangkapan ikan. Selain itu adanya ancaman eksternal seperti illegal fishing oleh armada kapal asing dan masih kegiatan destruktif fishing.

Untuk itu, pengelolaan sumber daya perikanan harus dilakukan secara holistik. Tidak bisa dipisahkan antara pemanfaatan ekonomi semata, namun juga harus ditinjau dari aspek lingkungan dan sosial. Eksploitasi sumber daya perikanan tidak boleh dilakukan dengan cara merusak, dan harus mempertimbangkan pemanfaatan secara berkelanjutan.

Strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumber daya perikanan diantaranya keterpaduan antara aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial. Selain itu penataan dan kelembagaan lokal, pemberiaan kuota untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya, penetapan hak ulayat, serta pengelolaan sumber daya perairan laut berbasis komunitas.

Sampai saat ini, sektor perikanan wakatobi belum memiliki Grand Desain belum ada formula yang terstruktur tentang bagaimana mengelola itu semua menjadi sumber potensi, sumber ekonomi dan sumber lain yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Harapannya sektor perikanan bisa berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah, tapi faktanya dalam perjalanan yang tanpa arah. Sektor perikanan wakatobi belum bisa memberi andil yang besar untuk membangun kemandirian ekonomi masyarakat dikarenakan karena belum dikelola dengan baik. Harapannya ke depan, harus ada kebijakan yang terarah.

Mayoritas masyarakat wakatobi adalah nelayan, 97 persen wilayah perairan dan 3 persen adalah laut, namun potensi perairan belum terpotret dengan baik. Salah satu faktornya adalah karena selama 18 tahun berwakatobi belum ada yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengidentifikasi, berapa kelompok pemanfaat yang bisa kemudian diberi stimulan atau di berdayakan di wilayah pesisir.

Tren Pendapatan Asli Daerah tahun 2021 hanya sekitar 200 juta, ini sangat miris. Wakatobi mempunyai potensi perairan begitu besar, potensi laut yang besar, nelayan penggerak yang begitu banyak, tapi tidak mampu memberi kontribusi terhadap sektor Pendapatan Asli Daerah. Oleh karena itu, harus ada kebijakan politik yang menseriusi persoalan Perikanan kabupaten Wakatobi. Tetntunya kebijakan perikanan yang ramah lingkungan.

Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *