KONKEP, SULTRAGO.ID – Jelang hari raya Idul Fitri 1443 H, PT Gema Kreasi Perdana salurkan sebanyak 1.200 paket bingkisan kepada masyarakat lingkar tambang di Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep).
Penyaluran menyasar kelompok masyarakat rentan, yakni yang berstatus fakir miskin, lansia, janda, dan yatim piatu. Paket bingkisan yang terseut berisikan tepung terigu, margarin, gula pasir, teh celup kotak, sirup, dan susu kental manis.
General Manajer PT GKP, Bambang mengungkapkan, program penyaluran paket bingkisan Idul Fitri 1443 H dilaksanakan selama lima hari, mulai dari 22-26 April 2022. Pihaknya bersama aparat desa mengerahkan langsung bingkisan tersebut ke rumah-rumah warga (door to door) di 11 desa lingkar tambang.
“Alhamdulillah seluruh paket bingkisan Idul Fitri sebanyak 1.200 telah kami salurkan ke seluruh masyarakat kelompok rentan di desa lingkar tambang. Kami dibantu oleh aparat desa saat proses penyaluran bingkisan tersebut berlangsung,” ungkap Bambang.
Ia mengatakan, pemilihan kelompok rentan sebagai penerima paket bingkisan Idul Fitri 1443 H karena perusahaan bertujuan untuk membantu mengurangi beban ekonomi masyarakat yang berasal dari kelompok tersebut.
“Insya Allah semoga paket bingkisan kami dapat meringankan serta memberikan kebahagiaan bagi masyarakat kelompok rentan,” harapnya.
Sebagai informasi, meskipun saat ini PT GKP belum beroperasi di Wawonii Tenggara, perusahaan telah memberikan banyak dampak positif kepada masyarakat lingkar tambang. Selain program Ramadhan dan Idul Fitri, perusahaan juga telah membina kelompok UMKM yang menghasilkan produk kacang mete dan produk olahan kelapa yang diproduksi oleh ibu-ibu dari desa lingkar tambang.
KONKEP, SULTRAGO.ID – Mengawali bulan suci ramadhan 1443 H, Bupati Konawe Kepulauan (Konkep) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) Ir. H. Amrullah membawakan ceramah di masjid Al- Muhajirin, Minggu (3/4).
Dalam ceramahnya yang dibawakan sebelum halat tarawih, Bupati Konkep dengan menyampaikan beberapa himbauan. Dintaranya mengajak masyarakat agar bersama-sama menyabut dan mengisi amalia ramdhan dengan penuh kegembiraan, dan memperbanyak ibadah.
“Mari kita saling menghormati dan saling menjaga silaturahmi antara kita semua dan lebih bersyukur atas segalah nikmat yang diberikan Allah SWT,” tuturnya.
“Semoga Bangsa kita khususnya daerah yang kita cintai ini, benar-benar bisa keluar dari berbagai ujian terutama cobaan pandemi Covid-19,” sambung Amrullah.
Selanjutnya, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) terpilih masa bakti 2022-2026 ini mengharapkan agar seluruh warga Pulau Wawonii terus meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
“Mari kita selalu senantiasa berikhtiar dan mendekatkan diri kepada Allah agar kita semua selalu dalam lindungannya,” tutupnya.
KONKEP, SULTRAGO.ID – Kasus Stunting di indonesia khususnya Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) tidak bisa dipandang sebelah mata, karena pada dasarnya Stunting merupakan salah satu kekurangan energi kronis yang sebabkan kurangnya zat Gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengganggu tumbuh kembang pada anak.
Tidak bisa dipungkiri, setiap desa memiliki kasus Stunting. Bahakan di Konkep meningkat drastis dari tahun ke tahun. Hal ini diakibatkan karena pola asuh, pola makan, dan pengetahuan masyarakat yang masih minim terhadap Stunting.
Kasus Stunting di Konkep meningkat pesat, karena diketahui tahun 2020 kasus Stunting hanya 89 kasus. Akan tetapi, kurangnya perhatian serta tidak pahamnya para Kepala Desa (Kades) sehingga di tahun 2021 kasus ini meningkat menjadi 239 kasus. Sementara kita ketahui bersama bahwa Peraturan Bupati (Perbup) penanganan Stunting telah ada dari tahun sebelumnya.
Pemerintah Daerah (Pemda) Konkep dibawah kepimpinan H. Amrullah dan Andi Muh Lutfi terus berupaya agar penurunan angka stunting di Konkep turun hingga 14 persen. Sesuai yang dikatakan Menteri Kesehatan RI bahwa Pemerintah menargetkan pravelensi Stunting di tahun 2021 sebesar 24,4 persen. Maka untuk mencapai terget tersebut diperlukan penurunan 2,7 persen di setiap tahunnya.
Olehnya itu, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Konkep H. Sastro melalui Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Bisman mengatakan, sasaran untuk menurunkan angka Stunting adalah ibu hamil, ibu menyusui, anak baru lahir, kemudian calon pengantin dan remaja putri. Akan tetapi, di Konkep tidak masuk kategori tersebut, yang masuk dalam kategori Stunting dan sasaran utama itu adalah anak atau baby nol bulan sampai 24 bulan.
“Pertahun 2020 kemarin kasus Stunting di Konkep mencapai 89, meningkat tajam tahun 2021, hasil pendataan per Desember 239 kasus,” kata Bisman (8/3).
Pihaknya juga telah memaparan saat melakukan rapat koordinasi lintas sektor yang Tim Perceparan Penanganan Stynting (TPPS) untuk wilayah Konkep bahwa pengukuran per Januari tahun 2022 adalah 239 kasus.
“Ini bisa dikatakan dari tahun 2021 hingga 2022 peningkatan angkat Stunting hingga 200 persen. Sehingga harapan kami dengan adanya kasus ini kita harus greget melihat fenomena, sehingga semua lintas sektor terkait terlibat aktif dalam penurunan angka kasus ini,” harapnya.
Lanjut Bisman, dikwatirkan dengan meningkatnya kasus Stunting di Konkep, akan berdampak berjalannya Kejadian Luar Biasa (KLB) dan ini bisa berjalan karena adanya kasus-kasus lain seperti penyakit bawaan.
“Kami dari Kabupaten tetap meningkatkan kapasitas petugas kami, yaitu petugas gizi dengan lintas program di Bidang Kesmas berupa melakukan penguatan agar lintas program yang berada di Kabupaten maupun Puskesmas tetap singkron dalam menjalankan tugas mereka, bahwa bagaimana melakukan percepatan ketika ada kasus maupun belum ada kasus. Mereka harus tetap aktif terpadu dalam turun ke lapangan memberikan informasi ke lintas sektor lain, tingkat kecamatan, dan desa,” jelasnya.
Lebih jauh Bisman mengatakan bahwa dari pihak Dinkes hanya melakukan intervensi langsung ketika mendapatkan kasus tersebut.
“Artinya ketika desa tidak mampu, kami dari Puskesmas atau Dinkes terjun langsung. Berarti dengan kata lain ada juga di pembiayaan seperti pembelian susu dan yang lainnya,” terang Bisman.
Dinkes Konkep juga sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menurunkan angka kasus stunting di Konkep, terbukti di tahun 2019 dinkes telah melakukan pembiayaan seperti perbelanjaan susu. Namun itu dinilai tidak seberapa karena ada bantuan khusus dari Kementerian Kesehatan yang didistribusikan melalui Puskesmas.
Sebelumnya, pada rapat di Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapedda) bersama dinas terkait seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta Organisa Perangkat Daerah (OPD) lainnya ditegaskan pada semua Kades dan Lurah agar penanganan Stunting tertuang ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
“Pihak desa juga tidak bisa melakukan perbelanjaan jika tidak tertuang di APBDS nya, atau dalam RKPDS nya, karena setiap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD), setiap desa itu ada peningkatan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat,” kata Bisman.
Pada tahun 2022, Dinkes Konkep telah bekerja sama dengan lintas sektor terkaitnya lainnya dan telah menetapkan Lokasi Khusus (Lokus) yang terdiri dari 23 Desa.
“Yang menentukan Lokus bukan dari kami tetapi dari pusat, mereka mengevaluasi data yang kami kirim melalui aplikasi elektronikbPencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM), sehingga kami di pantau di pusat. Maka dari pemantauan tersebut, pusat menentukan Lokus di 23 titik desa yang berada di Konkep,” papar Bisman.
Kepala Puskesmas Langara, Irpan.
Terpisah, Kepala Puskesmas Langara Irpan menerangkan, pencegahan Stunting mulai dari remaja putri, dilakukan intervensi agar diberikan tablet penambah darah sehingga tidak anemia, begitu pun prosedurnya juga, ibu hamil, ibu menyusui dan pada saat lahir anak. Pihak atau tim TPPS mengintervensi agar diberikan ASI eksklusif sampai enam bulan, setelah itu diberikan makanan pendamping yang sesuai dengan umurnya dan jenisnya, karena status gizi mempengaruhi dua hal yaitu penyakit infeksi dan asupan anak di bawah umur dua tahun.
“Memang stunting penanganannya harus melibatkan semua lintas sektor. Kami juga dari pihak Puskesmas terlebih dahulu berkoordinasi kepada Kades dan kami telah menyampaikan data-datanya ke setiaan Kades. Jadi setiap Pemerintah Desa (Pemdes) mengetahui warganya secara langsung. Bahkan penderita kasus Stunting beruntung seperti Desa Kawa-kawali karena di setiap Posyandu diadakan dan dikasih Pemberian Makanan Tambahan (PMT),” ungkap Irpan.
Selain itu, pihaknya juga mengkhawatirkan karena desa terkadang belum paham untuk kegiatan mereka seperti penanganan Stunting. Bahkan kegiatannya Posyandu hanya membuatkan makanan bubur kacang ijo.
“Untuk kasus Stunting per Desember di tahun 2021, Puskesmas Langara sesuai data yang kami terima sebanyak 191 kasus, padahal desa sudah dianggarkan untuk penanganan Stunting, tetapi terkadang teman-teman Kades tidak memahami,” ungkapnya.
Lebih jelas, se Kabupaten Konkep terutama wilayah kerja Puskesmas Langara, yaitu Kecamatan Wawonii Barat, bahwa petugas gizi sudah memberikan data-data kepada masing-masing Kades serta memberikan informasi bahwa masyarakatnya yang terdapampak Stunting dapat diberikan intervensi khusus.
“Memang dari kemarin-kemarin belum ada koordinasi dari pihak kades ke masyarakat dan memang pada dasarnya belum paham dengan penanganan Stunting seperti apa dan bagaimana,” tambah Irpan.
Tahun 2021, Puskesmas Langara telah melakukan inovasi untuk menurunkan angka Stunting, yaitu lebih keedukasinya karena diketahui masalah ini terdapat di asupan.
“Jadi untuk Puskesmas Langara, kita di tahun 2021 hingga sampai tahun 2022 belum ada inovasi terbaru dan kami hanya melakukan edukasi,” ungkapnya.
“Harapan kami di Puskesmas Langara, dari pihak teman-teman Kades ada perhatian untuk penanganan Stunting. Karena mereka (Kades) juga dianggarankan untuk penanganan Stunting dan ini menjadi perhatian mereka, sehingga ke depannya bisa dipahami dan berkolaborasi, karena kita ketahui bahwa Puskesmas hanya melakukan edukasi terhadap masyarakat, dan yang bisa mengintervensi itu adalah Kades itu sendiri,” pukas Irpan.
Menungkatnya kasus Stunting yang terjadi juga menjadi perhatian serius Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Konkep dr. Ulam Frisland. Menurutnya, Stunting merupakan masalah kesehatan yang harusnya bukan sekedar dititik beratkan ke Puskesmas. Sebagai provider layanan kesehatan, kata dr. Ulam, ada baiknya di tingkat desa pun ikut andil dalam mendorong penanganan Stunting.
Kepala RSUD Konkep, dr. Ulam Frisland.
“Dengan melakukan pendataan secara akurat ke warganya, dan melakukan edukasi serta memotivasi warganya utntuk memperhatikan, dan mau mengontrol kondisi gizi dari anak-anak di bawah 5 tahun,” kata dr. Ulam.
“Maka dari itu, pihak terkait seperti Dinkes, Puskesmas, BKKBN, Bapedda, Dinsos, Capil, Ketapang dan desa harus selaras dan singkron untuk menurunkan angka Stunting di Konkep, sesuai visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati Konkep dua periode yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM), dan memberikan pelayanan kesehatan gratis,” imbaunya.
Kades Kawa-kawali, Ganifo.
Sementara itu, Kades Kawa-kawali Kacamatan Wawonii Barat, Ganifo menyatakan kesiapan dan keseriusan dalam penanganan kasus Stunting. Mengingat di desanya termasuk salah satu angka tertinggi yang terdampak yaitu sebanyak 12 kasus dari jumlah warga keseluruhan 247 jiwa.
“Kalau respon kami dari pemerintah Desa Kawa-kawali sangat serius dalam penanganan kasus Stunting, hanya kendalanya kami di dana yang sangat minim,” ungkapnya.(***)
KONKEP, SULTRAGO – Sebanyak 15 atlet taekwondo Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), dipastikan ikut berlaga pada kejuaraan Student League Kemaraya Taewkondo Trening Center (KTTC) Cup-7. Pertandingan yang akan berlangsung di gedung olahraga (GOR) Poltekes Kemenkes Kota Kendari, akan dihelat mulai 25 – 27 Maret 2022.
Ketua Umum Taekwondo Pengkab Konkep, Sabeum Mahmud mengatakan kejuaraan kali ini, team taekwondo asal Pulau Wawonii, banyak menurunkan atlet-atlet baru, yang akan berlaga dikelas pra cadet dan kelas cadet. Diantaranya, Reza Trianto Tandri dan Demar yang main di under 25 kilogram pracadet putra, Ahmad Maulana Arif under 28 kilogram pracadet putra, Dwi Septiani Jabas Sanusi dipercayakan main di under 26 kilogram pra cadet putri dan Rahmat yang turun di under 33 kilogram cadet putra.
selain di kelas pra cadet putra dan putri, Sabeum yang dikenal ramah itu menjelaskan bahwa Taekwondo Konkep juga menurunkan atlet pemula di kelas cadet putri.
“Mereka adalah, Fatira dan Fika Aulia yang masing-masing turun di under 29 kilogram. Dari 15 atlet yang kita persiapkan untuk berlaga di kejuaraan liga pelajar, enam atlet baru akan memulai pengalaman bertandingnya, di kejuaraan liga pelajar,” kata Ketua Taekwondo Sabeum Mahmud,
Meski terbilang atlet baru yang akan berlaga, pihaknya mengklaim, seluruh atlet tersebut telah menjalani prosesi latihan terpusat. Mantan Kabag Umum Setda Konkep, tak ragu dengan kesiapan putra-putri terbaik Wawonii untuk berlaga pada kejuaraan bergengsi itu.
“Kami optimis taekwondo Konkep bisa menyumbangkan medali untuk daerah. Apa lagi berkaca dari kejuaraan-kejuaran sebelumnya, atlet taewkondo Konkep selalu tampilkan yang terbaik,” ujarnya magister pengembangan wilayah jebolah UHO itu. Taekwondo Konkep juga tetap memainkan atlet-atlet lama, seperti, Ariqoh Faraz Dzaki Al Karim, Nur Azikri, Istiqomah dan Hindani Aulia Resky Sanusi, Rinal Diansyah dan Wa Ode Andini.
Atlet-atlet dengan tagline “kami datang untuk menang demi Wawonii bangkit” untuk mempertahan tradisi medali emas bagi taewkondo Wawonii.
“Yang disiapkan ada 18 atlet untuk berlaga. Tapi ternyata hanya 15 atlet yang dinyatakan siap bertanding. Sementara tiga orangnya tengah menghadapi ujian akhir sekolah. Saya berharap, para taekwondoin yang akan bertanding, bisa mengharumkan nama daerah kita Wawonii dan tetap menampilkan yang terbaik,”tandas Mahmud.
SULTRAGO.ID – Dengan penuh keyakinan dan percaya diri, 11 atlet unggulan tim Taekwondo Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) telah diturunkan mengikuti laga kejuaraan Open Turnamen Bupati Konawe Cup.
Turnamen ini akan berlangsung selama tiga hari, mulai pada 27-29 Desember 2021 di Gor Abunawas. Para atlet yang diturunkan itu telah siap mengikuti laga. Tak tanggung-tanggung, tim Taekwondo Konkep pun menargetkan membawa juara umum.
Ketua Taekwondo Indonesia (TI) Konkep, Sabeum Mahmud mengatakan bahwa target mempertahankan juara umum bukan tanpa alasan. Pasalnya 11 atlet yang diturunkan sudah menjalani proses latihan yang panjang.
Mahmud berharap agar Taekwondo Konkep bisa mengharumkan nama daerah yang diikuti beberapa dojang di Sulawesi Tenggara (Sultra), dan beberapa dojang dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggah juga akan hadir mengikuti laga kejuaraan Open Turnamen Bupati Cup.
“Saya berharap agar atlet yang diturunkan bisa memberikan yang terbaik untuk Konkep dan bisa mempertahankan juara umum dikejuaraan Bupati Konawe Cup ini,” kata Ketua TI Konkep, Sabtu (25/12).
Kata dia, kalah menang dalam setiap ivent sudah menjadi hal biasa, yang terpenting menjunjung tinggi sportivitas dalam pertandingan.
Usan Mursalin menambahkan, atlet-atlet putri yang diturunkan pada Kejuaraan Bupati Konawe Cup, sudah memiliki jam terbang yang banyak. Sehingga dirinya optimis Taekwondo Konkep bisa memberikan yang terbaik untuk daerah.
“Semoga atlet-atlet yang kita turunkan bisa kembali mengukir prestasi. Apa lagi sebelum pandemi Covid melanda Indonesia. Taekwondo Konkep menjadi juara umum di kejuaraan Konawe. Minimal tahun ini kita bisa kembali pertahankan juara,” tambahnya.
Pelatih Taekwondo Konkep itu mengatakan, masi ada beberapa atletnya yg tidak bisa bergabung pada kejuaraan tahu ini. Pasalnya, mereka masi mempersiapkan diri untuk mengikuti tes TNI.
“Kejuaraan kali ini kami tidak mengikuti ful kelas. karena masi ada kegiatan lain, terutama atlet senior Konkep. Tapi kami yakin atlet-atlet yang diturunkan bisa memberikan yang terbaik untuk daerah,” tandas pemegang sabuk hitam DAN II KUKIWON.
Sembari mengucapkan rasa terima kasih kepada Pemkab Konkep, yang telah mendukung putra-putri Wawonii untuk berprestasi pada Kejuaraan Taekwondo Open Bupati Konawe Cup.
11 atlet yang diturunkan untuk mempertahankan juara umum adalah Cici Puspita Sari yang main di kelas senior putri. Sedangakan dikelas Cadet putri diisi oleh Ariqoh Faraz Dzaki, Andiha Rezky L, Nur Azikri, Istiqomah S dan Hindani Aulia Resky S.
Untuk kelas pra cadet putri, Taekwondo Konkep menurunkan satu atletnya atas nama Adhiba Humairah Al Karim. Sedangkan atlet putra dipercayakan Ronal Diansyah, Muh. Yusuf dan Pompo. Masing-masing turun di kelas Junior dan Cadet Putra.(***)
KENDARI, SULTRAGO.ID – Seluruh wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulawesi Tenggara (Sultra) diimbau agar tidak membuat berita bernilai provokatif.
Imbauan itu disampaikan Ketua PWI Sultra Sarjono melalui pesan whatsapp, menyikapi situasi bentrok antar kelompok yang terjadi di Kota Kendari, Kamis (16/12).
Ketua PWI Sultra juga mengimbau agar wartawan membuat berita empati dan damai sesuai kode etik jurnalistik serta mepercayakan kepada aparat penegak hukum untuk memproses tuntas pelanggaran hukum.
Wartawan juga diminta untuk tidak mudah percaya informasi sepihak dan tetap di rumah saja kalau tidak ada keperluan mendesak dan penting.
“Karena pers memegang peranan penting kondisifitas daerah maka wartawan dituntut menyebarkan informasi yang membawa kedamaian (terapkan jurnalisme damai),” tulis Sarjono.
KONAWE SELATAN, SULTRAGO.ID – Satwa endemik yang hidup di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), jumlahnya diperkirakan semakin berkurang.
Balai TNRAW mencatat, populasi anoa yang merupakan fauna identitas Provinsi Sultra, jumlahnya diperkirakan tersisa 15 sampai 20 ekor (data tahun 2019), masing-masing anoa dataran tinggi atau anoa pegunungan berkisar 4 sampai 5 ekor, dan anoa dataran rendah berkisar 11 sampai 15 ekor.
Kemudian populasi rusa (cervus timorensus) saat ini diperkirakan tersisa 200 ekor. Jauh berkurang dibanding tahun 2000-2002 yang tercatat berjumlah 40 ribu ekor.
(Dok. Mogabay)
Sementara hewan babirusa hanya tersisa 1 ekor yang kini ditangkar di belakang Kantor Balai TNRAW.
Selain itu, jumlah burung maleo diperkirakan sebanyak 30 sampai 36 ekor, kakatua kecil jambul kuning berkisar 10 sampai 15 ekor, burung air aopa 24 jenis, dan mangrove 23 jenis.
Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri mengatakan, berkurangnya jumlah satwa khas daerah dikarenakan dampak perburuan liar yang dilakukan oknum masyarakat yang tidak terpantau petugas.
“Untuk mengantisipasi perburuan liar, kami melakukan patroli rutin di ‘site monitoring’ satwa prioritas, patroli mandiri habitat satwa itu, dan sosialisasi perlindungan satwa liar,” ujar Ali Bahri kepada Media Indonesia, Sabtu (30/10).
PEKANBARU, SULTRAGO.ID – Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Provinsi Riau berupaya memberdayakan ekonomi keluarga wartawan di tengah masa pandemi ini. Salah satunya dengan menggelar pelatihan keterampilan membuat abon ayam.
Pelatihan keterampilan yang diselenggarakan di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, Jalan Arifin Achmad Pekanbaru, Sabtu (02/10/2021) telah menghadirkan narasumber dari praktisi tata boga Riau Hj Koesbintari.
Ketua IKWI Riau Hj Hastuti Salta menyampaikan, pelatihan keterampilan membuat abon ayam ini sebagai bentuk dukungan IKWI untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga wartawan.
“Dengan adanya pelatihan ini, semoga dapat membantu ekonomi keluarga. Minimal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri atau bisa dijadikan produk usaha kecil menengah, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan ekonomi keluarga di masa pandemi covid-19,” terangnya.
Hastuti yang akrab disapa Tuti ini mengakui, dampak ekonomi akibat wabah Covid-19 masih dirasakan oleh masyarakat, khususnya keluarga wartawan. Meskipun kehidupan sudah berjalan agak normal, namun pemulihan ekonomi masih jauh dari harapan. Dan dengan adanya pelatihan ini diharapkan bisa menambah keterampilan seorang ibu dalam menyiapkan menu keluarga. Selain itu juga dapat menciptakan wirausaha baru.
“Jika keterampilan ibu-ibu nanti dikembangkan, akan bisa menambah income keluarga sehingga dapat membantu perekonomian keluarga di masa pandemi ini. Karena itu, pelatihan pembuatan abon diharapkan dapat membantu memulihkan ekonomi peserta dan keluarganya Dan yang pertama dan utama kami memang ingin peserta punya keterampilan (dari pelatihan itu) agar bisa membuka usaha untuk menambah pemasukkan keluarga,” katanya.
Sementara Praktisi Tata Boga Riau Hj Koesbintari menyebutkan, pembuatan abon cukup gampang dan prospeknya juga bagus. Sebab abon banyak dibutuhkan masyarakat, baik untuk campuran kue maupun untuk dikonsumsi langsung.
“Saya yakin, jika keterampilan itu dimanfaatkan dan ditekuni, maka akan mendatangkan keuntungan ekonomi. Karena yang namanya usaha tentu tidak langsung besar, tapi dimulai dari bawah, harus sabar,” katanya.
KONKEP, SULTRAGO.ID – Penggunaan alat penangkap ikan di laut seperti pukat harimau, bius dan bom adalah jenis alat tangkap ikan yang dilarang pemerintah. Alat tangkap jenis itu akan merusak terumbu karang tempat berkembang biaknya ikan.
Meski begitu, masih saja ada oknum warga yang masih menggunakan cara dan alat tangkap jenis itu. Akibatnya, para nelayan lokal yang hanya mengandalkan alat tangkap yang masih tradisional akan kesulitan mendapatkan ikan. Padahal sebagian nelayan lokal itu telah menggantukkan hidupnya dari hasil tangkapannya.
Masih maraknya orang yang tidak bertanggungjawab yang sering menggunakan cara alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan secara diam-diam di wilayah perairan Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Perbuatan oknum yang tidak bertanggungjawab itu sangat disayangkan oleh para wakil rakyat di wilayah tersebut. Hal itu dikatakan salah satu anggota DPRD Konkep, Kalbi Erdiyansyah kepada media ini, Rabu, 29 September 2021.
“Masih banyak pelaku ilegal fishing. Kita harus hentikan kegiatan ilegal itu yang akan berdampak pada terumbu karang laut kita disana (Wawonii),” jelas Ical, begitu sapaan akrab Kalbi Erdiansyah.
Keseriusan politisi PKB Konkep ini untuk menghentikan kegiatan pelaku ilegal fishing atau kegiatan menangkap ikan dengan alat yang dilarang yang akan merusak terumbu karang dibuktikan lahirnya ide cemerlangnya dengan mengusulkan pembuatan Peraturan Daerah (Perda) yang bertujuan untuk memberikan perhatian khusus potensi kelautan dalam pengembangan kawasan budidaya perikanan.
“Termasuk dengan pengawasan dan penanggulangan kegiatan penangkapan ikan dengan cara ilegal yang bisa merusak sumber daya laut (terumbu karang),” sambung Ical dengan penuh prihatinnya.
Awal munculnya ide menciptakan sebuah Perda dimaksud diatas, lebih lanjut Wakil Ketua Komisi II DPRD Konkep ini menjelaskan yakni merupakan bentuk perhatiannya terhadap nelayan lokal yang masih mengandalkan menangkap ikan dengan alat tradisional tanpa merusak habitat ikan.
“Kita harus pikirkan bersama. Karena orang yang melakukan pemboman orientasinya adalah mendapatkan hasil yang banyak. Artinya mereka hanya memikirkan sesaat, mau rusak terumbu karang bukan urusan mereka, yang terpenting hasil (ikan) banyak. Yang kesulitan adalah mereka nelayan lokal yang gunakan alat tangkap tradisional,” cetusnya.
Olehnya itu, Ical akan berjuang untuk usulan pembuatan Perda terkait pengawasan dan perlindungan potensi kelautan agar menjadi produk hukum yang legal.
“Saya telah menyampaikan perihal rancangan Perda di forum pembahasan anggaran perubahan tahun ini. Tentu dengan memperhatikan kondisi dan kelengkapan administrasi yang mendukung agar tidak terjadinya tumpang tindih aturan antara regulasi provinsi dan kabupaten saya akan kawal prosesnya”. Tutupnya.