Mengenal Sosok Guru dengan Segudang Prestasi, Penulis Buku “Keringat di Pelupuk Mata”

Suhardin, pria kelahiran Mandonga 31 Juli 1973 adalah seorang guru di SMPN 17 Kendari yang pernah menjabat Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan (2005-2015) dan Kepala Laborartorium (2018-2020).

Tidak begitu banyak yang mengenal sosoknya, namun orang-orang yang pernah bersentuhan langsung dengan SMPN 17 Kendari mengukir jelas nama Suhardin di hati mereka.

Siapa sangka guru mata pelajaran biologi ini telah menorehkan segudang prestasi selama 23 tahun masa pengabdiannya, baik di tingkat daerah, nasional, hingga ke tingkat internasional.

Suhardin tercatat pernah 11 kali mengikuti kejuaraan guru, diataranya menjuarai lomba keberhasilan guru SMP tingkat nasional bidang MIPA pada tahun 2011. Selain itu pernah memenangi sejumlah lomba karya tulis ilmiah, karya tulis naskah pengalaman guru, bahkan meraih juara pertama dalam Lomba Inovasi Pembelajaran Guru SMP tingkat nasional.

Selain itu, ayah dari dua orang anak ini juga mengantarkan siswa SMPN 17 Kendari dua kali meraih medali emas bidang IPA dan Lingkungan LPIR Tingkat Nasional yaitu di tahun 2010 dan 2013, dan salah satunya melangkah ke tingkat ASEAN di Singapura. Suhardin juga telah mengantar siswanya menjadi finalis Bidang IPS dan Kemanusiaan LPIR Tingkat Nasional 2011 dan 2014, finalis Lomba Jurnalistik Sekolah Tingkat Nasional Tahun 2014, serta juara Lomba Jurnalistik Sekolah Tingkat Nasional Tahun 2015.

Untuk institusinya, sebagai ketua tim, ia berhasil menjadikan sekolah yang baru berdiri di tahun 2004 itu menjadi Sekolah Adiwiyata pertama di Sulawesi Tenggara (Sultra) pada tahun 2011.

“Bagaimana saya bekerja di sekolah dulu, dengan keikhlasan dan ketekunan, sehingga banyak hal bermanfaat yang bisa saya buat, yang mungkin bermanfaat bukan hanya bagi diri saya, tapi juga bagi orang lain,” ucap Suhardin, Sabtu (25/6).

Suhardin juga dikenal aktif dalam gerakan literasi nasional dan memiliki 2 Hak Kekayaan Intelektual (HAKi). Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan pengembangan masyarakat, diantaranya Pengurus Dewan Pendidikan Kota Kendari (2012-2013), Pengurus Forum Ilmiah Guru Kota Kendari (2010-2013), Ketua MGMP Prakarya Kota Kendari (2015-2017), dan saat ini menjabat Sekertaris Kerukunan Keluarga Masigi-Laghontohe di Kendari.

Atas prestasi yang ditorehkan selama masa pengabdiannya sebagai guru, di tahun 2019, Suhardin dianugerahi sebagai penerima Tanda Kehormatan Negara Satyalencana Pendidikan dari Presiden RI, kategori Guru Berprestasi tahun 2019. Di tahun yang sama, ia juga meraih penghargaan sebagai Excellent Teacher and Principals of MOEC Republik Indonesia for Training Program in China (China University Mining and Technology-Jiangsu).

Selain mengajar di sekolah, saat ini Suhardin aktiv menjadi narasumber dan pemakalah kegiatan literasi, kurikulim, seminar, maupun simposium pada level provinsi maupun nasional. Selain itu ia juga tengah memfokuskan diri menjadi seorang penulis dan menerbitkan beberapa buku ber-ISBN.

Beberapa buku karyanya, diantanya Aurora Kasih di Lahontohe (Fiksi-2017), Eksperimen Sains Murali (Non Fiksi–2018), Kaghati-Kecamuk Ghariza Hati Ibu (Fiksi–2018), Berguru di Dunia Terbalik (Non Fiksi–2019), dan Keringat di Peluluk Mata (Non Fiksi-2020).

Suhardin juga menulis beberapa buku antologi seperti Cerita Tentang Pengelolaan Kelas 2, Kapur dan Papan 2, Ketika Pohon Pinus Menggugurkan Daunnya, Prakarya Expamnes Kreatif, Prakarya Expamnes Inovatif, Prakarya di Bumi Rindang, Sepenggal Kisah di Seventeen, dan Berguru pada Alam. Ia juga menulis karya tulis pada Jurnal Nasional (Al-Tabib, Unesa dan Didaktika).

Salah satu bukunya yang berjudul ‘Keringat di Pelupuk Mata’ mengulas jelas bagaimana perjalanan Suhardin yang berjuang untuk SMPN 17 Kendari sejak pertama didirikan tahun 2004, hingga menjadi sekolah negeri yang sejajar bahkan unggul dari sekolah-sekolah lain di Kota Kendari pada tahun-tahun berikutnya.

Karyanya ini juga mengandung banyak motovasi, diantaranya bagaimana pengajar bisa menjadi motivator di sekolahnya, baik bagi pimpinan, sesama guru, dan yang paling penting bagi siswanya.

Menurutnya, guru yang baik adalah guru yang selalu memberikan dampak positif bagi warga sekolah dan lingkungannya, menjadi contoh dari sikap, prilaku dan kata-kata, dan menebar cahaya bagi siswa-siswanya.

“Mengingat umur sudah hampir setengah abad, jadi saat ini saya fokus untuk berbagi, yaitu dengan menulis buku dan memberikan motovasi kepada orang agar bisa berbuat,” ungkapnya.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *