Kategori: Wisata

  • Wawonii Festival Mancing 2023, Pemkab Konkep Siapkan Hadiah yang Menggiurkan

    Wawonii Festival Mancing 2023, Pemkab Konkep Siapkan Hadiah yang Menggiurkan

    KONKEP, SULTRAGO.ID – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe Kepulauan (Konkep) akan menggelar event lomba mancing dengan hadiah yang sangat menggiurkan.  Kegiatan yang disebut ‘Wawonii Festival Mancing’ dilaksanakan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Konkep yang ke – 10 tahun 2023.

    Ketua Panitia Wawonii Festival Mancing 2023, Mahmud menjelaskan festival mancing ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Konawe Kepulauan. Kemudian, kedepan event ini akan menjadi event tahunan di Wawonii karena festival mancing merupakan salah satu langkah Pemkab Konkep dalam promosi potensi perikanan dan kelautan yang ada di Palau Wawonii.

    “Selain warga lokal, festival mancing ini kita buka umum se-sulawesi. Ada mancing moderen dan mancing tradisional. Untuk  hadiahnya cukup besar dan menggiurkan skali,” kata Ketua Panitia Wawonii Festival Mancing 2023, Mahmud beberapa waktu lalu.

    Menurutnya, event yang akan berlangsung pada tanggal 10-12 Maret ini merupakan momen yang sangat tepat bagi Pemkab Konkep untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya nelayan agar tetap menjaga kelestarian ekosistem laut Wawonii.

    “Jadi event ini tidak hanya sekadar even lomba mancing saja untuk memperingati hari jadi kabupaten kita. Pada kesempatan ini nanti kita akan sosialisasikan kepada masyarakat dan para peserta agar menjaga ekosistem laut kita,” terang Mahmud.

    Kepala BKD Konkep itu mengatakan dengan potensi di sektor kelautan yang sangat besar dan melimpah, apabila potensi tersebut tidak di jaga, maka segala ekosistem laut akan rusak, dan besar kemungkinan mengakibatkan matinya ikan – ikan yang berada di sekitaran perairan pulau Wawonii.

    Ia berharap, dengan adanya kegiatan ini, dapat menjadi daya tarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk menikmati asrinya alam Pulau Wawonii dengan berbagai macam keindahannya.

    “Mari bersama menyukseskan kegiatan Wawonii Festival Mancing 2023, buktikan kepada orang diluar Pulau Wawonii bahwa daerah kita kaya akan sumber daya alamnya,” tandas Mahmud.

    Berikut besaran hadiah yang menggiurkan pada event Wawonii Festival Mancing 2023:

    * Kategori Mancing Modern:
    – Juara I Rp.30.000.000.
    – Juara II Rp.20.000.000.
    – Juara III Rp.10.000.000.

    * Kategori Hadiah Mancing Tradisional:
    – Juara I Rp.10.000.000.
    – Juara II Rp.7.000.000.
    – Juara III Rp.5.000.000.

    *Kategori Hadiah Per Spesies Mancing Modern masing-masing 2 juta rupiah, antara lain jenis ikan Tuna, Travelli, Grouper, Ruby snapper, Kakap, Wahoo dan Escolar.

    *Kategori Hadiah Per Spesies Mancing Tradisional masing-masing 1 juta rupiah, antara lain adalah jenis ikan Tuna, Travelli, Grouper, Ruby snapper, Kakap dan Wahoo.

  • Jangan Lupa Saksikan Malam Puncak Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 pada 30 Oktober Mendatang

    Jangan Lupa Saksikan Malam Puncak Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 pada 30 Oktober Mendatang

    JAKARTA, SULTRAGO.ID – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) akan menggelar malam puncak Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 (ADWI 2022) pada Minggu, 30 Oktober 2022. 

    Kegiatan Visitasi dan penilaian 50 Besar Desa Wisata ADWI 2022 telah selesai dilaksanakan pada 15 Oktober 2022 berakhir di Desa Wisata Saba Budaya Baduy, Kab. Lebak, Banten yang merupakan desa ke-50 dan menjadi penutup rangkaian visitasi ADWI 2022.

    Setelah dilakukannya visitasi, rangkaian berlanjut dengan proses penjurian akhir oleh para Dewan Juri Profesional ADWI 2022 pada pekan ketiga Oktober 2022. Ada 7 kategori penilaian yakni Daya Tarik, Homestay, Toilet, Souvenir, CHSE, Digital dan Konten Kreatif, serta Kelembagaan. Selain itu akan ada pemenang 3 klasifikasi desa wisata yaitu Rintisan, Berkembang dan Maju. 

    Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno” yang berlangsung secara hybrid di Gedung Sapta Pesona, Senin (17/10/2022), mengatakan nantinya pemenang yang lolos dalam penilaian para juri akan diberikan penghargaan pada Malam Anugerah ADWI 2022. 

    “Jadi, Malam Puncak ADWI 2022 ini merupakan penganugerahan kepada desa wisata-desa wisata terpilih sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan mereka dalam mengembangkan Desa Wisata yang berkelanjutan, berdaya saing global, dan berkelas dunia,” kata Menparekraf.

    Menparekraf mengajak agar masyarakat untuk ikut serta dalam penilaian desa wisata terfavorit melalui pemberian “like” pada video profil Desa Wisata ADWI 2022 pada kanal YouTube Kemenparekraf yang dapat dilakukan mulai 24 – 28 Oktober 2022. 

    “Untuk mendukung Desa Wisata Terfavorit ADWI 2022, caranya dengan membuka account youtube Kemenparekraf; pilih video di playlist ADWI 2022; klik video desa wisata yang kalian inginkan; tonton videonya sampai habis. Jangan lupa like, comment, dan subscribe,” kata Menparekraf. 

    Malam Puncak Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 akan dimulai dari pagi hari sampai malam dengan rangkaian acara diantaranya lari bersama dengan para perwakilan 50 desa yang diundang ke Jakarta, mulai dari para kepala daerah (Gubernur, Bupati/Walikota), perwakilan dinas pariwisata dari 34 provinsi, serta komunitas lari yang ada di Jakarta. 

    Nantinya juga akan ada pameran produk ekonomi kreatif dari 50 Desa Wisata ADWI yang akan dipamerkan di halaman depan Gedung Sapta Pesona.

    Sementara itu, Deputi Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu menyampaikan ADWI 2022 ini merupakan program yang menyentuh masyarakat dan membangkitkan semangat pelaku parekraf. 

    “Program ini merupakan program yang betul-betul menyentuh kepada masyarakat, sekalipun hanya 12 desa wisata yang saya visitasi. Tapi di situ saya melihat antusiasme dari masyarakat desa untuk maju dan untuk bisa menikmati pariwisata ini sangat tinggi,” kata Vinsensius yang mendampingi Menparekraf dalam “The Weekly Brief With Sandi Uno, secara offline. 

    Pada kesempatan tersebut Menparekraf juga didampingi, Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf Indra Ni Tua, yang hadir secara offline, dan juga para pejabat di lingkungan Kemenparekraf/Baparekraf.(SP-Kemenparekraf)

  • Pemda Konkep Pamerkan Produk Unggulan Wawonii di Ajang Pekan Produk Unggulan Ekraf Sultra 2022

    Pemda Konkep Pamerkan Produk Unggulan Wawonii di Ajang Pekan Produk Unggulan Ekraf Sultra 2022

    KENDARI, SULTRAGO.ID – Produk unggulan ekonomi kreatif Pulau Wawonii Kabupaten Konawe Konawe Kepulauan (Konkep) telah ditampilkan pada ajang Pekan Produk Unggulan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tenggara (Sultra) 2022 yang digelar di Claro Hotel Kendari pada tanggal 7 September 2022.

    Program Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sultra ini dianggap sangat tepat karena telah memberikan ruang antara pemerintah, pelaku ekonomi kreatif dan komunitas ekraf untuk meningkatkan kualitas serta mempromosikan produk-produk unggulan ekraf dari 17 kabupaten/kota di Sultra.

    Pemda Konkep melalui Bidang Ekraf Disparmudora Konkep mengajak komunitas Forum Ekonomi Kreatif dan UMKM Wawonii dan para pelaku serta kelompok UMKM berkolaborasi ikut serta pameran produk unggulan ekraf Sultra. Kabid Ekraf Konkep, Jumin, menyatakan produk unggulan Wawonii yang dipamerkan pada ajang tersebut antara lain subsektor tenunan, kuliner, kerajinan, dan fashion.

    “Tenun motif Kalapaya Wawonii dan Fashion adalah kaos Kolosua. Subsektor kerajinan yaitu anyaman tas plastik, bahan bakunya dari limba plastic masyarakat, kerajinan tas tempurung kelapa dan anyaman tikar Kolosua. Sedangkan subsektor kuliner yaitu kripik ampas kelapa,kembang gula kelapa, kripik kelapa, jambu mete dan ranggina ubi.,” sebut Kabid Ekraf Konkep, Jumin kepada Sultrago.id usai kegiatannya pada Kamis (8/9).

    Menurut Jumin, semua produk ekraf Wawonii yang dipamerkan sudah memiliki kualitas baik dan daya saing yang baik. Meski begitu, pihaknya akan terus mendorong para pelaku agar terus berinovasi, khususnya pada desain kemasan produk.

    “Produk sudah bagus. Kemasannya yang perlu perbaiki para pelaku ekraf. Seperti kemasan produk kripik kelapa dan jambu mete oleh kelompok UMKM dari Wawonii Tenggara binaan PT GKP itu sudah layak pasar kemasannya,” katanya.

    Lebih jauh dikatan Jumin, produk unggulan ekraf Wawonii yang dipamerkan memiliki daya Tarik tersendiri. Betapa tidak, produk tersebut kebanyakan produk dengan identitas daerah Wawonii atau Kabupaten Konawe Kepulauan yaitu “Kelapa”. Sehingga banyak orang menyebut daerah itu dengan julukkan Pulau Kelapa.

    “Begitu juga pada produk ekonomi kreatif banyak produk yang bahan bakunya dari bahan kelapa. bahkan setau saya baru di Wawonii ada cemilan kripik kelapa, kripik tepung ampas kelapa. dan ini kualitasnya bagus tinggal desain kemasannya untuk kripik tepung ampas kelapa. sehingga perlu berkolaborasi para pelaku, kelompok dan komunitas untuk  meningkatkan produk ekraf Wawonii, tandasnya.

  • Sebuah Desa di Konkep Punya Permandian Air Panas dan Danau, Berpotensi Jadi Objek Wisata

    Sebuah Desa di Konkep Punya Permandian Air Panas dan Danau, Berpotensi Jadi Objek Wisata

    KONKEP, SULTRAGO.ID – Sebuah desa di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, terdapat lokasi permandian air panas dan sebuah danau yang menawan.

    Lokasi permandian air panas dan danau tersebut berada di Desa Wawoone, Kecamatan Wawonii Selatan. Akses jalannya hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Meski begitu, dalam perjalanan menuju lokasi air panas ini Anda akan disuguhkan pemandangan yang indah, sebab Anda akan meluntas di punggung gunung hutan Wawoone dengan spot perkampungan warga dan laut selat Bau-Bau.

    Kondisinya yang masih sangat alami menjadikan kedua lokasi itu berpotensi menjadi objek wisata baru di Pulau Wawonii. Selain keindahan yang ditawarkan, air panas ini juga memiliki keunikan tersendiri, bentuknya menyerupai bentuk Pulau Wawonii jika dilihat dari peta.

    Kepala Desa Wawoone Taiyeb Halulanga mengatakan, untuk menjadikan tempat permandian air panas dan danau itu sebagai destinasi wisata masih membutuhkan banyak dukungan dari masyarakat dan pemerintah setempat.

    “Setiap kali dilakukan Musrembang tingkat kecamatan selalu diusulkan tentang wisata air panas. Kalau masalah sepakatnya, mereka selalu sepakat, tetapi belum ada titik terang sampai sekarang,” ungkapnya saat ditemui awak media ini, Selasa (1/3).

    Pemdes setempat juga telah mengusulkan terkait peningkatan jalan wisata permandian air panas itu saat Musyawarah Desa yang lalu. Namun rencana itu tidak disepakati oleh masyarakat.

    Padahal, menurut Taiyeb, permandian air panas dan danau yang ada di Desa Wawoone akan ramai dikunjungi wisatawan jika akses jalan memadai dan kebersihannya terjaga.

    “Terkait dengan jalan ke air panas, itu baru jembatan yang sudah diacc. Saya sudah temui bupati dan katanya jembatan penghubung dari Kali Onepute menuju air panas sudah diacc,” ungkapnya.

    Perlu diketahui, Pulau Wawonii merupakan daerah yang mempunyai banyak objek wisata. Baik yang sudah dikembangkan Pemda setempat maupun yang belum dapat sentuhan.

  • Wisata Petualangan Danau Biru Kolaka Utara

    Wisata Petualangan Danau Biru Kolaka Utara

    SULTRAGO.ID – Salah satu destinasi wisata dan spot foto yang menarik untuk didatangi saat berada di Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi tenggara (Sultra) adalah Danau Biru.

    Permandian yang dikelilingi dinding dan tebing batu kokoh ini terletak di Walasiho, Kecamatan Wawo. Sekitar 46 km dari ibu kota kabupaten Kolaka Utara, Lasusua.

    Menikmati Danau Biru yang airnya dingin menjadi daya tarik tersendiri. Jika ingin menguji adrenalin, dapat melompot di ketinggian tertentu dari sisi tebing.

    Kedalaman air yang mencapai tujuh meter menjadi tak masalah untuk melakukannya. Masalah fasilitas, di Danau Biru cukup tersedia berbagai saran pendukung. Kamar mandi dan toilet tersedia di tempat ini.

  • Satwa Endemik di Taman Nasional Konawe Semakin Langka, Anoa Diperkirakan Tersisa 20 Ekor

    Satwa Endemik di Taman Nasional Konawe Semakin Langka, Anoa Diperkirakan Tersisa 20 Ekor

    KONAWE SELATAN, SULTRAGO.ID – Satwa endemik yang hidup di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), jumlahnya diperkirakan semakin berkurang.

    Balai TNRAW mencatat, populasi anoa yang merupakan fauna identitas Provinsi Sultra, jumlahnya diperkirakan tersisa 15 sampai 20 ekor (data tahun 2019), masing-masing anoa dataran tinggi atau anoa pegunungan berkisar 4 sampai 5 ekor, dan anoa dataran rendah berkisar 11 sampai 15 ekor.

    Kemudian populasi rusa (cervus timorensus) saat ini diperkirakan tersisa 200 ekor. Jauh berkurang dibanding tahun 2000-2002 yang tercatat berjumlah 40 ribu ekor.

    Sementara hewan babirusa hanya tersisa 1 ekor yang kini ditangkar di belakang Kantor Balai TNRAW.

    Selain itu, jumlah burung maleo diperkirakan sebanyak 30 sampai 36 ekor, kakatua kecil jambul kuning berkisar 10 sampai 15 ekor, burung air aopa 24 jenis, dan mangrove 23 jenis.

    Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri mengatakan, berkurangnya jumlah satwa khas daerah dikarenakan dampak perburuan liar yang dilakukan oknum masyarakat yang tidak terpantau petugas.

    “Untuk mengantisipasi perburuan liar, kami melakukan patroli rutin di ‘site monitoring’ satwa prioritas, patroli mandiri habitat satwa itu, dan sosialisasi perlindungan satwa liar,” ujar Ali Bahri kepada Media Indonesia, Sabtu (30/10).

  • Ditemukan Spot Wisata Mistis Nan Eksotis di Hutan Wawonii, Bagaikan Gadis ‘Perawan’

    Ditemukan Spot Wisata Mistis Nan Eksotis di Hutan Wawonii, Bagaikan Gadis ‘Perawan’

    KONAWE KEPULAUAN, SULTRAGO.ID – Nama Pulau Wawonii sudah tak asing lagi ditelinga banyak orang, khususnya warga Sulawesi Tenggara (Sultra) itu sendiri. Bahkan banyak orang mengenal pulau itu dengan ‘Pulau Hati’, sebab bentuk pulaunya menyerupai bentuk Love atau lambang hati.

    Berbicara tentang keindahan Pulau Wawonii tak akan pernah ada habisnya. Betapa tidak, banyak pesona keindahannya baik dari wisata bahari, budaya dan wisata alam pulau hati yang belum Anda ketahui. Salah satu keindahan alam Wawonii yang belum Anda ketahui adalah spot wisata alam yang satu ini.

    Adalah objek wisata air terjun. Oleh sebagian warga Wawonii meyakini spot wisata yang ditemukan para pemuda Desa Bukit Permai, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan atau Wawonii, belum lama ini benar mistis.

    Lokasi spot wisata air terjun itu terbilang cukup jauh dari pusat perkampungan warga, aksesnya pun masih sulit dilalui baik dengan berjalan kaki. Sebab spot wisata yang mistis nan eksotis itu berada di tengah-tengah hutan Pulau Wawonii.

    Meski spot wisata air terjun ini masih di yakini mistisnya, namun spot air terjun yang belum diberi nama itu telah menawarkan banyak keindahan panorama alam yang eksotis dan mempesona. Bagaikan seorang gadis yang masih ‘perawan’.

    Alamnya sejuk dan asri. Anda juga akan disuguhakan dengan kesegaran airnya yang mengalir jernih. Bahkan bisa membuat Anda jatuh cinta pada spot ini hanya untuk mandi di air terjun ini.

    Selain itu, mata Anda juga akan dimanjakan dengan pemandangan di sekitar spot air terjun lantaran banyaknya pepohonan rindang yang menjulang tinggi.

    Meski waterfal air terjun ini tidak memiliki ketinggian seperti waterfall Air Terjun Tumburano yang tingginya sekitar 90 meter yang berada di Kecamatan Wawonii Utara. Namun aliran airnya begitu deras dan kuat. Di sekeliling air terjun terdapat bebatuan yang berjejer rapi, layaknya buatan tangan manusia.

    Tidak cukup itu saja, mata Anda juga akan dimanjakan dengan permukaan air terjun yang berwarnah kebiruan, nampak seperti permukaan air laut yang dalam dan jernih.

    Tidak kalah menarik, pada muara air terjun itu ternyata terdapat aliran sungai cabang tiga. Ya, muara air terjun tersebut mengaliri tiga sungai besar. Uniknya lagi, ketiga cabang sungai itu memiliki warnah dan temperatur air yang berbeda.

    “Kalau ke arah kiri itu namanya Walimboko mengaliri sampai Air Terjun Tumburano, airnya agak hitam. Kalau kanan itu Lamokahi di Kecamatan Wawonii Barat, airnya itu hangat. Dan yang tengah itu kali Lampeapi Kecamatan Wawonii Tengah, airnya agak dingin,” ujar Husni, salah seorang pemuda penemu spot air terjun di hutan Wawonii, Rabu (13/10).

    Kata Husni, untuk sampai di lokasi air terjun, ia dan rekannya para pemuda di Desa Bukit Permai harus bermalam di hutan sampai tiga hari. Sebab aksesnya masih alami dan jarang dilalui masyarakat setempat pada umumnya.

    “Sebelumnya di kali cabang tiga itu sudah banyak masyarakat yang biasa kesana mencari rotan dan ikan air tawar, tetapi kalau di atasnya kali cabang tiga itu masih minim yang berkunjung kesana. Selain jalanya yang cukup jauh dan di sana pula masih alami, sehingga masih berbaur mistis menurut para orang tua. Kalau adat masyarakat Wawonii ada namanya yang disebut mompesara atau meminta izin petunjuk agar tidak terjadi apa-apa,” tutur Husni saat menceritakan kisah perjalanannya saat jelajah hutan untuk mencari ikan air tawar, hingga menemukan spot air terjun itu.

  • Tahun Ini, Disparmudora Konkep Kembangkan Tiga Objek Wisata

    Tahun Ini, Disparmudora Konkep Kembangkan Tiga Objek Wisata

    KONKEP, SULTRAGO.ID – Meski sebagai daerah baru di Sulawesi Tenggara (Sultra), namun upaya untuk menjadikan sebagai daerah maju yang berkembang terus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) di bawah kepemimpinan Bupati Ir. H. Amrullah, MT bersama wakilnya Andi Muh Lutfi, SE., MM.

    Salah satunya adalah pada sektor pariwisata. Melalui Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda dan Olahraga (Disparmudora) Konkep akan melakukan program pengembangan pada objek pariwisata di Wawonii.

    “Tahun ini kita anggarkan untuk pengembangan di tiga objek wisata yakni Pantai Kampa, Air Terjun Tumburano dan wisata buatan kampung mangrove (kampung tongke),” kata Kadis Parmudora Konkep Armin diruangannya. Senin (26/7).

    Armin merincikan, pertama, objek wisata Pantai Kampa yang berada di dalam ibukota kabupaten tepatnya Desa Wawobili akan diadakan sambungan air bersih dan penambahan 1 unit MCK. Kedua, objek wisata Air Terjun Tumburano di Desa Tumburano Kecamatan Wawonii Utara itu mendapat perhatian melalui peningkatan infrastruktur jalan yakni rehab jalan pedestrian menuju titik wisata.

    Ketiga adalah objek wisata Mangrove atau Kampo Tongke (bahasa Wawonii). Wisata ini berada di Desa Watuondo Kecamatan Wawonii Utara peningkatan jalan pedestrian untuk jembatan titian dan pembangunan empat unit gazebo.

    “Anggarannya berpariasi, wisata Kampa Rp.295 juta, Air Terjun Tumburano Rp.200 juta dan wisata Kampo Tongke Rp.400 juta. Ketiganya akan dikerjakan tahun ini,” rinci Armin.

    Untuk objek wisata Kampo Tongke merupakan kolaborasi antara Pemdes Desa Watuondo dengan Pemda Konkep.

    “Untuk wisata satu ini kita kolaborasi bersama pemerintah desa. Bentuk kolaborasinya adalah Pemdes dengan menggunakan dana desa (DD) pembukaan lahan dan membuat tambak. Kami Disparmudora itu tadi pembangunan jembatan titian dan gazebo 4 unit,” jelasnya.

    Armin berharap, kepada desa-desa yang wilayahnya punya potensi wisata agar bisa berinisiatif untuk dikembangkan.

    “Para Kades yang wilayahnya punya potensi pariwisata harus mampu melihat peluang untuk menjadikan desanya sebagai desa wisata. Kembangkan potensi itu karena dengan wisata bisa menghasilkan PAD desa, tentu untuk meningkatkan desa itu sendiri juga,” tutup Armin.

  • Pesona Air Terjun Tumburano di Wawonii dan Kisah Cinta Sepasang Kekasih yang Tak Direstui

    Pesona Air Terjun Tumburano di Wawonii dan Kisah Cinta Sepasang Kekasih yang Tak Direstui

    Konkep Sultrago.id – Air Terjun Tumburano adalah sebuah keajaiban alam yang sangat menakjubkan. Air Terjun Tumburano berada di tengah hutan belantara Desa Tumburano, Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

    Akses menuju objek wisata ini sangat mudah, bertolak dari Langara Ibukota Kabupaten Konkep dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. jaraknya kurang lebih 24 kilo meter dengan estimasi waktu sekitar 1 jam perjalanan. Kondisi jalan menuju Air Terjun Tumburano belum teraspal, namun sudah bisa dilalui baik roda dua maupun roda empat.

    Pesona Air Terjun Tumburano tak perlu diragukan keindahannya. Objek wisata andalan daerah yang dijuluki ‘Pulau Kelapa’ ini terdapat dua tingkatan air terjun. Tingkatan pertama memiliki ketinggian sekitar 80 meter lebih, orang-orang Wawonii menyebutnya sebagai Tumburantama. Sedangkan tingkatan kedua dengan ketinggian sekitar 30 meter disebut Tumburantina.

    Debit Air yang deras, jernih nan sejuk itu makin membuat setiap pengunjungnya terpesona melihatnya. Namun dibalik keindahan Air Terjun Tumburano ini, ternyata ada sebuah cerita menarik, adalah terdapat sebuah kisah cinta sepasang kekasih yang tak direstui.

    Konon, pasangan sejoli antara seorang laki-laki bernama Duru Balewula dan kekasihnya Wulangkinokooti memiliki hubungan spesial. Dalam kisah ini sepasang kekasih itu ternyata tidak mendapat restu dari orang tua si perempuan cantik (Wulangkinokooti, red).

    Dikisahkan Kecantikan Wulangkinokooti kala itu tak bisa tertandingi, memiliki kulit putih dan paras yang cantik ibarat melihat bidadari. Siapa pun yang melihat Wulangkinokooti pasti akan jatuh cinta.

    Karena hubungan asmara kedua sejoli tak direstui. Kedua orang tua Wulangkinokooti mencari cara untuk memisahkan kedua sejoli itu. Lanjut kisah, pada suatu hari, kedua orangtua Wulangkinokooti berangkat ke kebun. Namun sebelum berangkat orang tua Wulangkinokooti menitip pesan pada putri semata wayangnya itu, agar mengangkat kapas yang sedang dijemur bila hujan turun.

    Sayang, karena asyik bercerita dengan Duru Balewula, Wulangkinokooti lupa pesan orangtuanya, kapas yang dijemur pun basah. Hingga akhirnya orang tua Wulangkinokooti murka, ia bersumpah tak akan merestui hubungan keduanya.

    Kecewa tak mendapat restu dari orang tua, akhirnya kedua sejoli itu memilih mengakhiri hidup mereka di Air Terjun Tumburano. Si laki-laki terjun di Tumburantama sedangkan Wulangkinokooti terjun di Tumburantina.

    Penulis: Yan