KONKEP, SULTRAGO.ID – Hidup mati seorang ibu hanyalah untuk anaknya. Betapa tidak, selama 9 bulan 10 hari, seorang ibu rela mengandung dan membawa anaknya kemanapun dia pergi.
Saat tidur, memasak, mencuci, mandi, hingga bekerja, tanpa pamrih seorang ibu membawa Sang Buah Hati yang sedang ada di dalam perutnya. Perjuangan seorang ibu pun akan semakin berat menjelang kelahiran.
Kisah ini tercermin salah satunya melalui perjuangan Ibu Salwia, seorang warga Desa Bahaba, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara.
Pada 24 Juli 2022, tibalah hari di mana perjuangan hidup dan mati terlintas di depan matanya untuk bisa melahirkan Sang Buah Hati. Namun, muncul permasalahan karena telah lewat beberapa jam, Sang Buah Hati belum juga menunjukkan proses kelahirannya, sedangkan Sang Ibu sudah tidak bisa menahan rasa sakit dan sesak nafas.
Pihak Puskesmas Roko-Roko Raya yang menanganinya menyatakan sudah tidak mampu lagi merawat karena keterbatasan alat dan fasilitas pendukung.
Pada akhirnya, mereka merujuk Ibu Salwia ke rumah sakit yang berada di Kota Kendari. Keputusan inilah yang mengharuskan Ibu Salwia dan keluarganya harus menyeberangi lautan demi menyelamatkan Sang Buah Hati.
Permasalahan dan kecemasan kedua muncul. Perjalanan menuju Kota Kendari jika menggunakan transportasi konvensional seperti kapal kayu, akan memakan waktu 4-6 jam (tergantung kondisi ombak laut) untuk tiba di Kota Kendari.
Sementara, Sang Ibu berlomba dengan waktu. Kondisi Ibu dan jabang bayi akan semakin memburuk, sehingga tidak bisa bergerak lebih jauh.
Keluarga Ibu Salwia berupaya keras mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Di tengah tangisan dan kepanikan keluarga, Sang Suami Ibu Salwia, Pak Rizka mencoba menghubungi perusahaan tambang nikel yang kebetulan beroperasi di Pulau Wawonii, PT Gema Kreasi Perdana (GKP) untuk meminta bantuan penggunaan speed boat agar Sang Istri bisa diantar ke Kota Kendari dalam waktu yang lebih singkat.
Gayung bersambut, PT GKP langsung turun menjemput Ibu Salwia di kediamannya. Keluarga, masyarakat, dan PT GKP turut bergotong royong untuk membawa Ibu Salwia ke dalam mobil menuju speed boat di pelabuhan milik PT GKP.
Tuas mesin dinyakan dan perjalanan penuh doa dari Pulau Wawonii menuju Kota Kendari dilakukan. Perjalanan menggunakan speed boat memakan waktu 1 setengah jam saja, dan setibanya di Kota Kendari, Ibu Salwia dan keluarga langsung diantar ke Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari.
Sesampainya di rumah sakit, dokter dan perawat pun langsung tanggap menanganinya dengan memberikan fasilitas terbaik. Selang beberapa jam, tangisan Sang Buah Hati memecah malam yang penuh keheningan dan kecemasan keluarga yang saat itu turut hadir mendampingi proses persalinan Ibu Salwia.
Putra dari Ibu Salwia lahir dengan sehat. Begitu pun dengan kondisi Ibu Salwia yang juga berangsur membaik. Tangis, haru, dan air mata bahagia tidak bisa ditahan dari ujung mata Ibu Salwia, Pak Rizka, dan keluarganya.
“Kami dari keluarga mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang betul-betul peka dan peduli terhadap kami. Berkat kalian, istri saya melahirkan dengan selamat. Sekali lagi saya ucapakan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang sudah membantu dan mendoakan kami,” ucap Pak Rizka malam itu.***
Tinggalkan Balasan